Senin, 22 Mei 2017

Cerita Pendek

KIKI,HUJAN DATANG HARI INI
OLEH : DEVI YESA
            Ingin rasa pelukan yang ku punya sekarang untuk menenangkan dia disudut jendela yang asik memandang awan yang ingin bercumbu. Kesekian kalinya aku memperhatikan seakan kesedihan menatap awan bisu yang tampak olehku, sebab apakah yang membuat rona wajahnya tidak memerah lagi? Redup seperti warna baju yang ia kenakan. Ingin rasa menyibak kabut yang tak tampak oleh yang lain dan menggantikannya dengan tak hanya secercah cahaya tetapi semua cahaya yang ku punya. Ada hal yang unik yang ku lihat darinya dan tidak ku temui di dalam diri yang lain. Susah rasa ingin membuatnya meringis hingga tampak lesung pipi sebelah kirinya,dari kemarin tertawaan riangnya tak terdengar olehku. Ku perhatikan tingkah lakunya tidak biasa begitu diam,dan tidak banyak gerak,selalu saja ku menunggu hal-hal terlucu yang dilakukannya.
Aku Egi dikenal jahil.Ketika dia asik memandang tingkah laku awan yang menurutku tidak masuk akal itu.
“heh kamu lihat apaan?” tanyaku pura-pura tidak mengetahui apa yang sedang ia perhatikan.
“awan.” Ujarnya cuek dan tetap memperhatikan mereka.
“awan?kenapa tidak memperhatikanku saja.” Ucapku dengan senyuman genit.
“awan itu lebih terlihat gembira dari pada kamu”. Ujarnya cetus.
“aku tidak melihat senyumnya,mereka hanya sebuah hiasan langit berwarna putih.” Jawabku .
Dia yang kesal langsung pergi meninggalkanku. Sejak saat itu dia terus menghindar seakan tidak ingin melihat wajahku,aku yang merasa bersalah dan bingung dengan segala tingkah lakunya yang berubah total dari periang menjadi orang yang tidak ingin memamerkan keriangannya. Berhari-hari aku tetap berusaha untuk dapat berkomunikasi dengannya dikelas tetapi selalu saja ada hal yang membuat aku dan dia semakin jauh.
***
Lelah rasa menemukan segala kesalahan diri yang membuat wanita aneh itu menghindar dariku. Malam itu ku habiskan untuk menerjemahkan yang pernah ia katakan saat terakhir berbicara denganku “awan itu lebih terlihat gembira dari pada kamu”,ucapnya.
Bagaimana caranya awan itu bisa gembira sedangkan aku tidak pernah melihat sekalipun awan itu tersenyum, aku yang jelas-jelas sering tersenyum kepadanya tidak terlihat gembira. Kesalku memikirkan segala keanehan yang ada pada wanita itu.
“aneh” gerutuku sendiri.
“awan ya awan, dan berbeda dengan senyumku” sambil beralih melakukan aktifitas lainnya.
***
Minggu sore aku keluar dengan sebuah sepeda motor berniat untuk menghilangkan kekesalan hati dengan berkeliling taman yang dekat dengan rumahku. Setelah puas berkeliling taman ketika ku memutuskan untuk pulang,aku melewati sebuah pohon besar dan melihat seorang wanita duduk sendiri seperti menunggu sesuatu. Aku yang ingin tahu akhirnya berhenti dan memperhatikan siapa wanita itu.
“kiki?” ucapku sedikit keras. Dia menoleh tetapi langsung tidak ingin melihat wajahku. Kesal dengan perlakuannya langsung ku hampiri dan duduk disebelahnya.
“ki, aku salah apa?” ucapku dengan melihat wajahnya.
“kamu tidak salah apa-apa”. Ujarnya.” Terus,kenapa kamu menghindar dariku?” tanyaku yang semakin mau tahu.
“kamu pernah berkata bahwa awan tidak pernah tersenyum,karena kamu melihat mereka dengan rasa kekesalan dan ketika mereka berhasil bercumbu mungkin kamu lebih membenci mereka”. Ucapnya.” Apa? Bercumbu,Apa sih yang sedang kamu fikirkan kiki! Sadar ki kita hidup di dunia nyata bukan khayalan! Ucapku berusaha menyadarkannya.
“aku selalu memperhatikan awan tersebut bercumbu agar segera menurunkan hujan sederas-derasnya dan menghapus semua air mata ini agar aku dapat riang kembali, aku hidup seperti tetesan air hujan,mereka di benci orang-orang sibuk. Mereka takut basah dan membuat baju mereka lusuh. Apa yang salah dengan hujan! Aku kehilangan mereka. Hujan yang selalu menghapus kesedihan ini ketika orang lain tidak dapat menghapusnya. Tetapi mengapa akhir-akhir ini hujan datang ketika aku tidak dapat merasakan sentuhan ramah mereka. Mengapa mereka tidak pernah datang ketika aku menunggu dengan waktu yang cukup lama.” Ujarnya dan langsung berlari pergi.
Aku memutuskan tidak mengejarnya dan berusaha untuk memahami semua ucapannya sampai membuatku berdiam diri.
***
Cukup lama waktu yang ku habiskan untuk menerjemahkan keluh hatinya dan bagaimana cara untuk membuatnya agar riang kembali.
Aku mengerti sekarang mengapa ia membenciku, karena ku telah membenci hujan. Ketika aku membenci hujan itu berarti aku telah membenci dia,hampir seluruh teman-teman sekelas membenci hujan karena membuat aktifitas mereka terhambat. Begitu kesepiannya dia yang terus menerus dibenci.Hanya hujan yang dapat menghapus air matanya,karena hanya mereka yang saling memahami, sedangkan aku yang tidak tahu bahwa begitu berartinya setiap tetes hujan.
Jangankan untuk memahami,kena tetesannya saja aku sudah mengeluh bahwa semua tetesannya adalah membuat penampilanku terlihat lusuh dan basah,sedangkan ia saat hujan datang ia selalu ingin menyentuh tetesan hujan tersebut dengan tangan bahkan mungkin lebih dari itu.
***
            Setelah aku dapat mengerti apa yang sedang ia rasakan,aku mencoba mendekatinya kembali dan berusaha agar sedikit pun tidak menyinggung. Aku tidak pernah lagi membahas tentang awan ataupun hujan kepadanya karena itu merupakan hal yang membuat kami menjauh. Ada saatnya apa yang ingin ku ungkapkan kepadanya akan segera terucap nantinya.
***
Kebersamaan ku dengannya hari ini ku beranikan untuk mengatakan bahwa “ ki, hujan yang kamu punya itu adalah gelak tawa yang tertunda”, ucarku sambil tersenyum.
Dia pun tersenyum manis semanis pertama ku melihatnya, langsung ku tarik tangannya untuk keluar kelas pada sore itu.
“apakah kamu mau ikut denganku mencari hujan hari ini?” tanyaku serius.
“bisakah kamu menemukan hujan itu untukku?” jawabnya.
“hujan akan turun hari ini ki.” Ucapku percaya diri sambil memegang jari tangan kanannya.
            Aku langsung menjalankan sepeda motor dan pergi bersamanya mencari awan bercumbu dan menurunkan hujan yang dinantikan oleh wanita idamanku yaitu kiki,hari itu adalah hari terindah untukku karena di sepanjang perjalanan aku berhasil membuatnya tertawa terbahak dengan lelucon kecilku disepanjang perjalanan.
Keasikan berbicara dan tertawa tidak ku sangka pada saat melihat ke atas, ada awan bercumbu disana dengan kegirangan aku langsung mengatakan “ hujan akan turun hari ini dan bukan Cuma hujan yang akan menghapus kesedihan dihatimu tetapi aku juga akan menggantikan kesedihanmu dengan kegembiraan” ucapku kepadanya.
Dia hanya tersenyum dan ketika gemuruh menjadi irama yang mendukung untuk menyambut sejuta tetes hujan aku memegang tangannya bahwa aku berusaha akan menjadi hujan yang tiap hari datang untuknya.
            Hujan datang dengan mesra menyentuh tubuh kami berdua dengan ucapan yang tidak ku duga terlontar olehnya.
“terima kasih banyak Egi, keikhlasanmu yang membawaku mengejar hujan. Kesedihanku mungkin kapan saja dapat kembali tetapi aku sudah mempunyai dua tangan terindah yaitu tangan mu yang dapat menghapus air mataku.”
Aku hanya tersenyum dan menikmati kesejukan hujan yang memberikan sejuta kegembiraan buatku dan Kiki saat itu.


DEVI YESA

           
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar