KEPINDING PUN BERBICARA
OLEH : Devi Yesa
“tidak tidur ?” suara itu tetap saja
tidak mendapatkan jawaban dari ku. Pandangan masih tetap kosong,terduduk
bertemankan tikar lusuh dan binatang lain yang sembari hadir untuk menghibur.
Selalu saja dia memberiku perhatian lebih,tapi bibir ini masih terkatup.
berkicau hingga menarik perhatian pendengar ceria pun tidak mampu membuatku berkata bahwa perlakuannya begitu manis dan indah terhadapku,tetap saja kabut yang berdiri tebal sehingga ku megap dan terdiam untuk waktu yang lama.
Tangan nya begitu lembut membelai dan membersihkan daki tubuhku yang tidak pernah diguyur air bersih semenjak kejadian terpahit menimpa lembar demi lembar hidup.
“berapa lama lagi ku melayanimu hingga terdengar suara merdu itu?” aku tetap tidak tertarik untuk menjawabnya.
“sebaiknya kamu aku pindahkan ke tempat yang lebih nyaman.” Ujarnya. Ia berusaha mengangkat tubuh ini,aku tetap bersikeras untuk terus duduk dikamar yang kumuh.
berkicau hingga menarik perhatian pendengar ceria pun tidak mampu membuatku berkata bahwa perlakuannya begitu manis dan indah terhadapku,tetap saja kabut yang berdiri tebal sehingga ku megap dan terdiam untuk waktu yang lama.
Tangan nya begitu lembut membelai dan membersihkan daki tubuhku yang tidak pernah diguyur air bersih semenjak kejadian terpahit menimpa lembar demi lembar hidup.
“berapa lama lagi ku melayanimu hingga terdengar suara merdu itu?” aku tetap tidak tertarik untuk menjawabnya.
“sebaiknya kamu aku pindahkan ke tempat yang lebih nyaman.” Ujarnya. Ia berusaha mengangkat tubuh ini,aku tetap bersikeras untuk terus duduk dikamar yang kumuh.
Kepinding pun beranak pinak hingga
menimbulkan bau yang tidak sedap,segala ku nikmati aroma menyengat itu dan
sedikit tersenyum melihat sanak saudara kepinding yang akbab dengan yang lain.
Panorama yang manis.
Keakrabanku terusik ketika dia kembali menyapaku,ia masuk dengan menutup hidung dengan sapu tangan merahnya. Langsung saja ku tarik sapu tangan tersebut dan berusaha merobeknya.
“kenapa dengan kamu? Ini sapu tangan kesayanganku,kenapa kamu rusak!” ia kelihatan sedih dan lari begitu saja meninggalkan kamar.
Bagai kerasukan setan jika melihat warna terburuk itu,benci terajut benci ku lampiaskan dengan hal yang bisa ku hancurkan.
Keakrabanku terusik ketika dia kembali menyapaku,ia masuk dengan menutup hidung dengan sapu tangan merahnya. Langsung saja ku tarik sapu tangan tersebut dan berusaha merobeknya.
“kenapa dengan kamu? Ini sapu tangan kesayanganku,kenapa kamu rusak!” ia kelihatan sedih dan lari begitu saja meninggalkan kamar.
Bagai kerasukan setan jika melihat warna terburuk itu,benci terajut benci ku lampiaskan dengan hal yang bisa ku hancurkan.
Sampai kapan begini terus? Suara
misterius itu mengejutkanku dan membuat bulu kuduk menari-nari. Siapa…
siapa…jangan… jangan dekat... ketakutanku memuncak. Suara misterius it uterus
saja menenangkanku. Tidak satu suara memenuhi kamarku,sekuat tenaga menutup
kedua telinga dengan maksud tidak satu suarapun mampu menarik mperhatian
sepasang telinga ini.
Kepinding-kepinding disudut sana satu demi satu mendekat,tetapi hanya satu yang paling dekat dengan jempol kakiku.
“jangan takut sayang” kami selalu menemani kesepianmu.” Aku terdiam mendengar suara tersebut yang sepertinya keluar dari binatang kepinding itu. Ke..kenapa kalian berbicara kepadaku? Serak ku menjawab kepada mereka. Mereka terus berkata kami hanya ingin menghibur,dan membuatmu terus berbicara.
Kepinding-kepinding disudut sana satu demi satu mendekat,tetapi hanya satu yang paling dekat dengan jempol kakiku.
“jangan takut sayang” kami selalu menemani kesepianmu.” Aku terdiam mendengar suara tersebut yang sepertinya keluar dari binatang kepinding itu. Ke..kenapa kalian berbicara kepadaku? Serak ku menjawab kepada mereka. Mereka terus berkata kami hanya ingin menghibur,dan membuatmu terus berbicara.
Devi Yesa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar