PENAKHLUK MATA MERA
OLEH : DEVI YESA
Senyap bagai selimut malam hari, kadang kuduk ini
berdiri tanpa pandu dan imbauan sang pemilik. Melirik pun malam itu serasa
kelut ingin singgah. Adakah firasat hati yang tidak menyenangkan?
Pertanyaan itu akan terjawab dengan sendirinya mungkin setelah aku mencari tahu mengapa hati ini tidak seperti biasanya.
Pertanyaan itu akan terjawab dengan sendirinya mungkin setelah aku mencari tahu mengapa hati ini tidak seperti biasanya.
Tempat perebahan sementara aku
adalah kos berwarna kuning itu dan aku bernama Arina. Hari-hari biasanya kos
terdengar ramai pada saat malam hari,entah mengapa malam ini serasa aku hidup
sendiri. Gemuruh pun menyapaku ,suara petir yang tidak segan mengejutkan diri
dalam terkaan malam yang asing buatku,lalu hujan pun bak penari eksotis tak
terkendali pada malam itu.
Ku lirik jam dinding dan tidak
ku duga sudah pukul 12:00 wib sekarang, aku langsung bergegas untuk merapikan
kertas dan buku-buku tugas lalu beranjak tidur. Setelah ku rebahkan tubuh letih
ini dan sekejap memejamkan mata, terdengar suara gerbang terbuka. Rasa dalam
hati ,anak kos yang terlambat pulang.
Kembali ku pejamkan mata besar agak
cipitku agar terlelap dan melalui malam ini.
“kresek....kresekk ...”terdengar
suara benda yang dipijak .
“mungkin suara itu hanyalah suara
kucing yang berusaha mengambil sisa makanan di dalam plastik” ujarku dalam hati
dengan memejamkan mata kembali.
Berulang kali aku berusaha untuk
masuk ke dalam alam bawah sadarku, tetapi semua itu sia-sia. Jam sudah
menunjukkan pukul 02:00 wib, aku belum bisa tertidur pulas seperti biasanya.
Kesal
juga rasa dalam hati,aku memutuskan untuk meminum segelas air putih untuk
menyegarkan tenggorokan yang kering akibat perasaan yang tidak enak .
“huuuuhhh, mudah-mudahan saja sehabis
meminum segelas air putih ini aku dapat tertidur dan bermimpi yang indah” aku
bercakap sendiri.
Langsung ku rebahkan kembali tubuh
ini,akhirnya malam itu pada pukul 02:30 wib aku dapat tertidur.
***
“Kukuruyuk....”
kokokan ayam berusaha untuk membangunkanku tetapi sayangnya bantal itu lebih
kuat dari pada ayam tetangga sebelah. Aku benar-benar bangun pada pukul 09:00
wib.
Aku langsung bergegas untuk merapikan tempat tidur dan membersihkan kamar lalu pergi ke kampus seperti biasanya.
Aku langsung bergegas untuk merapikan tempat tidur dan membersihkan kamar lalu pergi ke kampus seperti biasanya.
***
Setelah senja itu berusaha
mengejekku,ia menghilang dan ditelan oleh pekatnya malam.
“kemana orang-orang dikos ini?”
tanyaku dalam hati.
”oh tuhan, mudah-mudahan malam ini tidak seperti malam kemarin”.
”oh tuhan, mudah-mudahan malam ini tidak seperti malam kemarin”.
Aku langsung masuk ke kamar,dan
mengunci pintu kamar dengan teliti.
Setelah makan malam, aku mengerjakan
tugas yang selalu diberikan oleh dosen pembimbing. Tugas ini lumayan menguras otak
karena membutuhkan ketelitian.
Karena tugas sudah selesai dan
matapun sudah berat,ku bereskan segala yang berserakan dan memutuskan untuk merebahkan tubuh yang lelah
akibat berfikir seharian.
Beberapa saat kemudian aku mendengar suara pintu atas terbuka, aku langsung duduk lalu berusaha mendengarkan suara tersebut dari balik pintu kamar.
Beberapa saat kemudian aku mendengar suara pintu atas terbuka, aku langsung duduk lalu berusaha mendengarkan suara tersebut dari balik pintu kamar.
Suara tersebut semakin mendekat, aku langsung berusaha
mencari sesuatu yang berat untuk jaga-jaga jika bahaya mendekat.
Aku berusaha mengintip dari cela-cela pintu kamar dan
tersentak karena telah melihat sepasang mata merah melewati kamarku.
Dengan memegang batu pengganjal pintu kamarku, aku sedikit
membuka pintu kamar untuk memastikan siapa sebenarnya.
“haa ! “ teriak kecilku dan berusaha membekap bibir sendiri
agar suara sedikit pun tidak terdengar oleh sosok lelaki hitam dengan sarung
belang-belang dibahunya.
Aku perlahan mendekatinya dan menyelaraskan langkah kaki agar
tidak ketahuan bahwa akulah bahaya yang akan menerkamnya karena telah membuatku
tidak nyaman sudah dua malam ini.
***
Tidak tunggu lama, langsung ku hentakkan batu pengganjal
pintu kamar ke bahu lelaki itu sehingga ia rubuh tepat dibawah kakiku.
tiba-tiba langsung suaraku keluar sekeras-kerasnya “ Maliiing… Maling. Tolooong…. Maliiing…” teriakku. Lalu aku terduduk lemas ketika anak kos berkeluaran dan pemilik kos juga menghampiri asal teriakanku.
tiba-tiba langsung suaraku keluar sekeras-kerasnya “ Maliiing… Maling. Tolooong…. Maliiing…” teriakku. Lalu aku terduduk lemas ketika anak kos berkeluaran dan pemilik kos juga menghampiri asal teriakanku.
Salah seorang penghuni kos tersebut berusaha menenangkan
diriku yang terduduk lemas, aku langsung berfikir mengapa aku berani dan nekat
mendekat pada lelaki maling itu,kalaulah keberuntungan tidak berpihak
kepadaku,mungkin aku yang sudah terbaring dihantam oleh lelaki itu.
”Arin…tenang ya,disini sudah ramai. Mengapa kamu nekat memukul maling itu hingga pingsan? Kamukan bisa membangunkan ibu kos dengan handphone atau apalah, jangan keluar sendiri!” ujar Reni yang berusaha menjelaskan padaku bahwa itu adalah tindakan yang tidak berfikir panjang dengan dampak negatif yang mungkin saja terjadi pada saat itu juga.
Aku hanya terdiam mendengarkan setiap ocehannya.
”Arin…tenang ya,disini sudah ramai. Mengapa kamu nekat memukul maling itu hingga pingsan? Kamukan bisa membangunkan ibu kos dengan handphone atau apalah, jangan keluar sendiri!” ujar Reni yang berusaha menjelaskan padaku bahwa itu adalah tindakan yang tidak berfikir panjang dengan dampak negatif yang mungkin saja terjadi pada saat itu juga.
Aku hanya terdiam mendengarkan setiap ocehannya.
***
Setelah
kejadian malam itu aku dijuluki si penakhluk mata merah, mungkin karena aku
perempuan dan mempunyai keberanian yang cukup tinggi. Perlu aku akui bahwa aku
juga tidak sadar mengapa malam itu aku bersikap layaknya seorang lelaki yang mempu
melawan maling tersebut.
”Bukan tangan kekar,bertubuh besar dan tak terkalahkan yang membuat keberanian itu keluar, tetapi karena tekat kuat,semangat dan kepercayaan akan pemikiran yang positif yang membawa kita kearah yang lebih positif lagi. Kesempatan untuk berbuat jahat dan baik kadang bukan tabiat dari diri seseorang,tetapi karena keadaan yang memaksa seseorang tersebut tercebur dalam tabiat yang memalukan atau sebaliknya”.
”Bukan tangan kekar,bertubuh besar dan tak terkalahkan yang membuat keberanian itu keluar, tetapi karena tekat kuat,semangat dan kepercayaan akan pemikiran yang positif yang membawa kita kearah yang lebih positif lagi. Kesempatan untuk berbuat jahat dan baik kadang bukan tabiat dari diri seseorang,tetapi karena keadaan yang memaksa seseorang tersebut tercebur dalam tabiat yang memalukan atau sebaliknya”.
DEVI YESA


