Kamis, 15 Februari 2018

Puisi

Malam ini begitu basah
Tanpa terik biasa..
Aku mulai taburkan raut jenuh
Padanya..
Wahai malam..
Kejadiannya kembali sama
Kembali ingkar
Kembali batal
Bisakah jenuh itu ku cabut
Atau diamkan saja malam itu..
Mungkin ia juga bisa menangis

Sabtu, 10 Februari 2018

Cerita pendek

PENAKHLUK MATA MERAH

OLEH : DEVI YESA

Senyap bagai selimut malam hari, kadang kuduk ini berdiri tanpa pandu dan imbauan sang pemilik. Melirik pun malam itu serasa kelut ingin singgah. Adakah firasat hati yang tidak menyenangkan?
Pertanyaan itu akan terjawab dengan sendirinya mungkin setelah aku mencari tahu mengapa hati ini tidak seperti biasanya.

Tempat perebahan sementara aku adalah kos berwarna kuning itu dan aku bernama Arina. Hari-hari biasanya kos terdengar ramai pada saat malam hari,entah mengapa malam ini serasa aku hidup sendiri. Gemuruh pun menyapaku ,suara petir yang tidak segan mengejutkan diri dalam terkaan malam yang asing buatku,lalu hujan pun bak penari eksotis tak terkendali pada malam itu.

Ku lirik jam dinding dan tidak ku duga sudah pukul 12:00 wib sekarang, aku langsung bergegas untuk merapikan kertas dan buku-buku tugas lalu beranjak tidur. Setelah ku rebahkan tubuh letih ini dan sekejap memejamkan mata, terdengar suara gerbang terbuka. Rasa dalam hati ,anak kos yang terlambat pulang.

Kembali ku pejamkan mata besar agak cipitku agar terlelap dan melalui malam ini.

“kresek....kresekk ...”terdengar suara benda yang dipijak .

“mungkin suara itu hanyalah suara kucing yang berusaha mengambil sisa makanan di dalam plastik” ujarku dalam hati dengan memejamkan mata kembali.

Berulang kali aku berusaha untuk masuk ke dalam alam bawah sadarku, tetapi semua itu sia-sia. Jam sudah menunjukkan pukul 02:00 wib, aku belum bisa tertidur pulas seperti biasanya.

            Kesal juga rasa dalam hati,aku memutuskan untuk meminum segelas air putih untuk menyegarkan tenggorokan yang kering akibat perasaan yang tidak enak .

“huuuuhhh, mudah-mudahan saja sehabis meminum segelas air putih ini aku dapat tertidur dan bermimpi yang indah” aku bercakap sendiri.

Langsung ku rebahkan kembali tubuh ini,akhirnya malam itu pada pukul 02:30 wib aku dapat tertidur.

***

            “Kukuruyuk....” kokokan ayam berusaha untuk membangunkanku tetapi sayangnya bantal itu lebih kuat dari pada ayam tetangga sebelah. Aku benar-benar bangun pada pukul 09:00 wib.
Aku langsung bergegas untuk merapikan tempat tidur dan membersihkan kamar lalu pergi ke kampus seperti biasanya.

***

Setelah senja itu berusaha mengejekku,ia menghilang dan ditelan oleh pekatnya malam.

“kemana orang-orang dikos ini?” tanyaku dalam hati.
”oh tuhan, mudah-mudahan malam ini tidak seperti malam kemarin”.        

Aku langsung masuk ke kamar,dan mengunci pintu kamar dengan teliti.

Setelah makan malam, aku mengerjakan tugas yang selalu diberikan oleh dosen pembimbing. Tugas ini lumayan menguras otak karena membutuhkan ketelitian.

Karena tugas sudah selesai dan matapun sudah berat,ku bereskan segala yang berserakan dan  memutuskan untuk merebahkan tubuh yang lelah akibat berfikir seharian.
Beberapa saat kemudian aku mendengar suara pintu atas terbuka, aku langsung duduk lalu berusaha mendengarkan suara tersebut dari balik pintu kamar.

Suara tersebut semakin mendekat, aku langsung berusaha mencari sesuatu yang berat untuk jaga-jaga jika bahaya mendekat.

Aku berusaha mengintip dari cela-cela pintu kamar dan tersentak karena telah melihat sepasang mata merah melewati kamarku.

Dengan memegang batu pengganjal pintu kamarku, aku sedikit membuka pintu kamar untuk memastikan siapa sebenarnya.

“haa ! “ teriak kecilku dan berusaha membekap bibir sendiri agar suara sedikit pun tidak terdengar oleh sosok lelaki hitam dengan sarung belang-belang dibahunya.

Aku perlahan mendekatinya dan menyelaraskan langkah kaki agar tidak ketahuan bahwa akulah bahaya yang akan menerkamnya karena telah membuatku tidak nyaman sudah dua malam ini.

***

Tidak tunggu lama, langsung ku hentakkan batu pengganjal pintu kamar ke bahu lelaki itu sehingga ia rubuh tepat dibawah kakiku.
tiba-tiba langsung suaraku keluar sekeras-kerasnya “ Maliiing… Maling. Tolooong…. Maliiing…” teriakku. Lalu aku terduduk lemas ketika anak kos berkeluaran dan pemilik kos juga menghampiri asal teriakanku.

Salah seorang penghuni kos tersebut berusaha menenangkan diriku yang terduduk lemas, aku langsung berfikir mengapa aku berani dan nekat mendekat pada lelaki maling itu,kalaulah keberuntungan tidak berpihak kepadaku,mungkin aku yang sudah terbaring dihantam oleh lelaki itu.
”Arin…tenang ya,disini sudah ramai. Mengapa kamu nekat memukul maling itu hingga pingsan? Kamukan bisa membangunkan ibu kos dengan handphone atau apalah, jangan keluar sendiri!” ujar Reni yang berusaha menjelaskan padaku bahwa itu adalah tindakan yang tidak berfikir panjang dengan dampak negatif yang mungkin saja terjadi pada saat itu juga.
Aku hanya terdiam mendengarkan setiap ocehannya.

***

            Setelah kejadian malam itu aku dijuluki si penakhluk mata merah, mungkin karena aku perempuan dan mempunyai keberanian yang cukup tinggi. Perlu aku akui bahwa aku juga tidak sadar mengapa malam itu aku bersikap layaknya seorang lelaki yang mempu melawan maling tersebut.
”Bukan tangan kekar,bertubuh besar dan tak terkalahkan yang membuat keberanian itu keluar, tetapi karena tekat kuat,semangat dan kepercayaan akan pemikiran  yang positif yang membawa kita kearah yang lebih positif lagi. Kesempatan untuk berbuat jahat dan baik kadang bukan tabiat dari diri seseorang,tetapi karena keadaan yang memaksa seseorang tersebut tercebur dalam tabiat yang memalukan atau sebaliknya”.

DEVI YESA

Senin, 22 Mei 2017

PENAKHLUK MATA MERA
OLEH : DEVI YESA


Senyap bagai selimut malam hari, kadang kuduk ini berdiri tanpa pandu dan imbauan sang pemilik. Melirik pun malam itu serasa kelut ingin singgah. Adakah firasat hati yang tidak menyenangkan?
Pertanyaan itu akan terjawab dengan sendirinya mungkin setelah aku mencari tahu mengapa hati ini tidak seperti biasanya.
Tempat perebahan sementara aku adalah kos berwarna kuning itu dan aku bernama Arina. Hari-hari biasanya kos terdengar ramai pada saat malam hari,entah mengapa malam ini serasa aku hidup sendiri. Gemuruh pun menyapaku ,suara petir yang tidak segan mengejutkan diri dalam terkaan malam yang asing buatku,lalu hujan pun bak penari eksotis tak terkendali pada malam itu.
Ku lirik jam dinding dan tidak ku duga sudah pukul 12:00 wib sekarang, aku langsung bergegas untuk merapikan kertas dan buku-buku tugas lalu beranjak tidur. Setelah ku rebahkan tubuh letih ini dan sekejap memejamkan mata, terdengar suara gerbang terbuka. Rasa dalam hati ,anak kos yang terlambat pulang.
Kembali ku pejamkan mata besar agak cipitku agar terlelap dan melalui malam ini.
“kresek....kresekk ...”terdengar suara benda yang dipijak .
“mungkin suara itu hanyalah suara kucing yang berusaha mengambil sisa makanan di dalam plastik” ujarku dalam hati dengan memejamkan mata kembali.
Berulang kali aku berusaha untuk masuk ke dalam alam bawah sadarku, tetapi semua itu sia-sia. Jam sudah menunjukkan pukul 02:00 wib, aku belum bisa tertidur pulas seperti biasanya.
            Kesal juga rasa dalam hati,aku memutuskan untuk meminum segelas air putih untuk menyegarkan tenggorokan yang kering akibat perasaan yang tidak enak .
“huuuuhhh, mudah-mudahan saja sehabis meminum segelas air putih ini aku dapat tertidur dan bermimpi yang indah” aku bercakap sendiri.
Langsung ku rebahkan kembali tubuh ini,akhirnya malam itu pada pukul 02:30 wib aku dapat tertidur.
***
            “Kukuruyuk....” kokokan ayam berusaha untuk membangunkanku tetapi sayangnya bantal itu lebih kuat dari pada ayam tetangga sebelah. Aku benar-benar bangun pada pukul 09:00 wib.
Aku langsung bergegas untuk merapikan tempat tidur dan membersihkan kamar lalu pergi ke kampus seperti biasanya.
***

Setelah senja itu berusaha mengejekku,ia menghilang dan ditelan oleh pekatnya malam.
“kemana orang-orang dikos ini?” tanyaku dalam hati.
”oh tuhan, mudah-mudahan malam ini tidak seperti malam kemarin”.        
Aku langsung masuk ke kamar,dan mengunci pintu kamar dengan teliti.
Setelah makan malam, aku mengerjakan tugas yang selalu diberikan oleh dosen pembimbing. Tugas ini lumayan menguras otak karena membutuhkan ketelitian.
Karena tugas sudah selesai dan matapun sudah berat,ku bereskan segala yang berserakan dan  memutuskan untuk merebahkan tubuh yang lelah akibat berfikir seharian.
Beberapa saat kemudian aku mendengar suara pintu atas terbuka, aku langsung duduk lalu berusaha mendengarkan suara tersebut dari balik pintu kamar.
Suara tersebut semakin mendekat, aku langsung berusaha mencari sesuatu yang berat untuk jaga-jaga jika bahaya mendekat.
Aku berusaha mengintip dari cela-cela pintu kamar dan tersentak karena telah melihat sepasang mata merah melewati kamarku.
Dengan memegang batu pengganjal pintu kamarku, aku sedikit membuka pintu kamar untuk memastikan siapa sebenarnya.
“haa ! “ teriak kecilku dan berusaha membekap bibir sendiri agar suara sedikit pun tidak terdengar oleh sosok lelaki hitam dengan sarung belang-belang dibahunya.
Aku perlahan mendekatinya dan menyelaraskan langkah kaki agar tidak ketahuan bahwa akulah bahaya yang akan menerkamnya karena telah membuatku tidak nyaman sudah dua malam ini.
***
Tidak tunggu lama, langsung ku hentakkan batu pengganjal pintu kamar ke bahu lelaki itu sehingga ia rubuh tepat dibawah kakiku.
tiba-tiba langsung suaraku keluar sekeras-kerasnya “ Maliiing… Maling. Tolooong…. Maliiing…” teriakku. Lalu aku terduduk lemas ketika anak kos berkeluaran dan pemilik kos juga menghampiri asal teriakanku.
Salah seorang penghuni kos tersebut berusaha menenangkan diriku yang terduduk lemas, aku langsung berfikir mengapa aku berani dan nekat mendekat pada lelaki maling itu,kalaulah keberuntungan tidak berpihak kepadaku,mungkin aku yang sudah terbaring dihantam oleh lelaki itu.
”Arin…tenang ya,disini sudah ramai. Mengapa kamu nekat memukul maling itu hingga pingsan? Kamukan bisa membangunkan ibu kos dengan handphone atau apalah, jangan keluar sendiri!” ujar Reni yang berusaha menjelaskan padaku bahwa itu adalah tindakan yang tidak berfikir panjang dengan dampak negatif yang mungkin saja terjadi pada saat itu juga.
Aku hanya terdiam mendengarkan setiap ocehannya.
***
            Setelah kejadian malam itu aku dijuluki si penakhluk mata merah, mungkin karena aku perempuan dan mempunyai keberanian yang cukup tinggi. Perlu aku akui bahwa aku juga tidak sadar mengapa malam itu aku bersikap layaknya seorang lelaki yang mempu melawan maling tersebut.
”Bukan tangan kekar,bertubuh besar dan tak terkalahkan yang membuat keberanian itu keluar, tetapi karena tekat kuat,semangat dan kepercayaan akan pemikiran  yang positif yang membawa kita kearah yang lebih positif lagi. Kesempatan untuk berbuat jahat dan baik kadang bukan tabiat dari diri seseorang,tetapi karena keadaan yang memaksa seseorang tersebut tercebur dalam tabiat yang memalukan atau sebaliknya”.


DEVI YESA

Cerita Pendek

KIKI,HUJAN DATANG HARI INI
OLEH : DEVI YESA
            Ingin rasa pelukan yang ku punya sekarang untuk menenangkan dia disudut jendela yang asik memandang awan yang ingin bercumbu. Kesekian kalinya aku memperhatikan seakan kesedihan menatap awan bisu yang tampak olehku, sebab apakah yang membuat rona wajahnya tidak memerah lagi? Redup seperti warna baju yang ia kenakan. Ingin rasa menyibak kabut yang tak tampak oleh yang lain dan menggantikannya dengan tak hanya secercah cahaya tetapi semua cahaya yang ku punya. Ada hal yang unik yang ku lihat darinya dan tidak ku temui di dalam diri yang lain. Susah rasa ingin membuatnya meringis hingga tampak lesung pipi sebelah kirinya,dari kemarin tertawaan riangnya tak terdengar olehku. Ku perhatikan tingkah lakunya tidak biasa begitu diam,dan tidak banyak gerak,selalu saja ku menunggu hal-hal terlucu yang dilakukannya.
Aku Egi dikenal jahil.Ketika dia asik memandang tingkah laku awan yang menurutku tidak masuk akal itu.
“heh kamu lihat apaan?” tanyaku pura-pura tidak mengetahui apa yang sedang ia perhatikan.
“awan.” Ujarnya cuek dan tetap memperhatikan mereka.
“awan?kenapa tidak memperhatikanku saja.” Ucapku dengan senyuman genit.
“awan itu lebih terlihat gembira dari pada kamu”. Ujarnya cetus.
“aku tidak melihat senyumnya,mereka hanya sebuah hiasan langit berwarna putih.” Jawabku .
Dia yang kesal langsung pergi meninggalkanku. Sejak saat itu dia terus menghindar seakan tidak ingin melihat wajahku,aku yang merasa bersalah dan bingung dengan segala tingkah lakunya yang berubah total dari periang menjadi orang yang tidak ingin memamerkan keriangannya. Berhari-hari aku tetap berusaha untuk dapat berkomunikasi dengannya dikelas tetapi selalu saja ada hal yang membuat aku dan dia semakin jauh.
***
Lelah rasa menemukan segala kesalahan diri yang membuat wanita aneh itu menghindar dariku. Malam itu ku habiskan untuk menerjemahkan yang pernah ia katakan saat terakhir berbicara denganku “awan itu lebih terlihat gembira dari pada kamu”,ucapnya.
Bagaimana caranya awan itu bisa gembira sedangkan aku tidak pernah melihat sekalipun awan itu tersenyum, aku yang jelas-jelas sering tersenyum kepadanya tidak terlihat gembira. Kesalku memikirkan segala keanehan yang ada pada wanita itu.
“aneh” gerutuku sendiri.
“awan ya awan, dan berbeda dengan senyumku” sambil beralih melakukan aktifitas lainnya.
***
Minggu sore aku keluar dengan sebuah sepeda motor berniat untuk menghilangkan kekesalan hati dengan berkeliling taman yang dekat dengan rumahku. Setelah puas berkeliling taman ketika ku memutuskan untuk pulang,aku melewati sebuah pohon besar dan melihat seorang wanita duduk sendiri seperti menunggu sesuatu. Aku yang ingin tahu akhirnya berhenti dan memperhatikan siapa wanita itu.
“kiki?” ucapku sedikit keras. Dia menoleh tetapi langsung tidak ingin melihat wajahku. Kesal dengan perlakuannya langsung ku hampiri dan duduk disebelahnya.
“ki, aku salah apa?” ucapku dengan melihat wajahnya.
“kamu tidak salah apa-apa”. Ujarnya.” Terus,kenapa kamu menghindar dariku?” tanyaku yang semakin mau tahu.
“kamu pernah berkata bahwa awan tidak pernah tersenyum,karena kamu melihat mereka dengan rasa kekesalan dan ketika mereka berhasil bercumbu mungkin kamu lebih membenci mereka”. Ucapnya.” Apa? Bercumbu,Apa sih yang sedang kamu fikirkan kiki! Sadar ki kita hidup di dunia nyata bukan khayalan! Ucapku berusaha menyadarkannya.
“aku selalu memperhatikan awan tersebut bercumbu agar segera menurunkan hujan sederas-derasnya dan menghapus semua air mata ini agar aku dapat riang kembali, aku hidup seperti tetesan air hujan,mereka di benci orang-orang sibuk. Mereka takut basah dan membuat baju mereka lusuh. Apa yang salah dengan hujan! Aku kehilangan mereka. Hujan yang selalu menghapus kesedihan ini ketika orang lain tidak dapat menghapusnya. Tetapi mengapa akhir-akhir ini hujan datang ketika aku tidak dapat merasakan sentuhan ramah mereka. Mengapa mereka tidak pernah datang ketika aku menunggu dengan waktu yang cukup lama.” Ujarnya dan langsung berlari pergi.
Aku memutuskan tidak mengejarnya dan berusaha untuk memahami semua ucapannya sampai membuatku berdiam diri.
***
Cukup lama waktu yang ku habiskan untuk menerjemahkan keluh hatinya dan bagaimana cara untuk membuatnya agar riang kembali.
Aku mengerti sekarang mengapa ia membenciku, karena ku telah membenci hujan. Ketika aku membenci hujan itu berarti aku telah membenci dia,hampir seluruh teman-teman sekelas membenci hujan karena membuat aktifitas mereka terhambat. Begitu kesepiannya dia yang terus menerus dibenci.Hanya hujan yang dapat menghapus air matanya,karena hanya mereka yang saling memahami, sedangkan aku yang tidak tahu bahwa begitu berartinya setiap tetes hujan.
Jangankan untuk memahami,kena tetesannya saja aku sudah mengeluh bahwa semua tetesannya adalah membuat penampilanku terlihat lusuh dan basah,sedangkan ia saat hujan datang ia selalu ingin menyentuh tetesan hujan tersebut dengan tangan bahkan mungkin lebih dari itu.
***
            Setelah aku dapat mengerti apa yang sedang ia rasakan,aku mencoba mendekatinya kembali dan berusaha agar sedikit pun tidak menyinggung. Aku tidak pernah lagi membahas tentang awan ataupun hujan kepadanya karena itu merupakan hal yang membuat kami menjauh. Ada saatnya apa yang ingin ku ungkapkan kepadanya akan segera terucap nantinya.
***
Kebersamaan ku dengannya hari ini ku beranikan untuk mengatakan bahwa “ ki, hujan yang kamu punya itu adalah gelak tawa yang tertunda”, ucarku sambil tersenyum.
Dia pun tersenyum manis semanis pertama ku melihatnya, langsung ku tarik tangannya untuk keluar kelas pada sore itu.
“apakah kamu mau ikut denganku mencari hujan hari ini?” tanyaku serius.
“bisakah kamu menemukan hujan itu untukku?” jawabnya.
“hujan akan turun hari ini ki.” Ucapku percaya diri sambil memegang jari tangan kanannya.
            Aku langsung menjalankan sepeda motor dan pergi bersamanya mencari awan bercumbu dan menurunkan hujan yang dinantikan oleh wanita idamanku yaitu kiki,hari itu adalah hari terindah untukku karena di sepanjang perjalanan aku berhasil membuatnya tertawa terbahak dengan lelucon kecilku disepanjang perjalanan.
Keasikan berbicara dan tertawa tidak ku sangka pada saat melihat ke atas, ada awan bercumbu disana dengan kegirangan aku langsung mengatakan “ hujan akan turun hari ini dan bukan Cuma hujan yang akan menghapus kesedihan dihatimu tetapi aku juga akan menggantikan kesedihanmu dengan kegembiraan” ucapku kepadanya.
Dia hanya tersenyum dan ketika gemuruh menjadi irama yang mendukung untuk menyambut sejuta tetes hujan aku memegang tangannya bahwa aku berusaha akan menjadi hujan yang tiap hari datang untuknya.
            Hujan datang dengan mesra menyentuh tubuh kami berdua dengan ucapan yang tidak ku duga terlontar olehnya.
“terima kasih banyak Egi, keikhlasanmu yang membawaku mengejar hujan. Kesedihanku mungkin kapan saja dapat kembali tetapi aku sudah mempunyai dua tangan terindah yaitu tangan mu yang dapat menghapus air mataku.”
Aku hanya tersenyum dan menikmati kesejukan hujan yang memberikan sejuta kegembiraan buatku dan Kiki saat itu.


DEVI YESA

           
 

Cerita Pendek

KEPINDING PUN BERBICARA
OLEH : Devi Yesa

            “tidak tidur ?” suara itu tetap saja tidak mendapatkan jawaban dari ku. Pandangan masih tetap kosong,terduduk bertemankan tikar lusuh dan binatang lain yang sembari hadir untuk menghibur. Selalu saja dia memberiku perhatian lebih,tapi bibir ini masih terkatup.
berkicau hingga menarik perhatian pendengar ceria pun tidak mampu membuatku berkata bahwa perlakuannya begitu manis dan indah terhadapku,tetap saja kabut yang berdiri tebal sehingga ku megap dan terdiam untuk waktu yang lama.
Tangan nya begitu lembut membelai dan membersihkan daki tubuhku yang tidak pernah diguyur air bersih semenjak kejadian terpahit menimpa lembar demi lembar hidup.
“berapa lama lagi ku melayanimu hingga terdengar suara merdu itu?” aku tetap tidak tertarik untuk menjawabnya.
“sebaiknya kamu aku pindahkan ke tempat yang lebih nyaman.” Ujarnya. Ia berusaha mengangkat tubuh ini,aku tetap bersikeras untuk terus duduk dikamar yang kumuh.
            Kepinding pun beranak pinak hingga menimbulkan bau yang tidak sedap,segala ku nikmati aroma menyengat itu dan sedikit tersenyum melihat sanak saudara kepinding yang akbab dengan yang lain. Panorama yang manis.
Keakrabanku terusik ketika dia kembali menyapaku,ia masuk dengan menutup hidung dengan sapu tangan merahnya. Langsung saja ku tarik sapu tangan tersebut dan berusaha merobeknya.
“kenapa dengan kamu? Ini sapu tangan kesayanganku,kenapa kamu rusak!” ia kelihatan sedih dan lari begitu saja meninggalkan kamar.
Bagai kerasukan setan jika melihat warna terburuk itu,benci terajut benci ku lampiaskan dengan hal yang bisa ku hancurkan.
            Sampai kapan begini terus? Suara misterius itu mengejutkanku dan membuat bulu kuduk menari-nari. Siapa… siapa…jangan… jangan dekat... ketakutanku memuncak. Suara misterius it uterus saja menenangkanku. Tidak satu suara memenuhi kamarku,sekuat tenaga menutup kedua telinga dengan maksud tidak satu suarapun mampu menarik mperhatian sepasang telinga ini.
Kepinding-kepinding disudut sana satu demi satu mendekat,tetapi hanya satu yang paling dekat dengan jempol kakiku.
“jangan takut sayang” kami selalu menemani kesepianmu.” Aku terdiam mendengar suara tersebut yang sepertinya keluar dari binatang kepinding itu. Ke..kenapa kalian berbicara kepadaku? Serak ku menjawab kepada mereka. Mereka terus berkata kami hanya ingin menghibur,dan membuatmu terus berbicara.



Devi Yesa

Cerita pendek

DI BALIK SEORANG KAKAK
OLEH : DEVI YESA
            Sore itu ketika aku tidak terlalu serius untuk mengikuti pelajaran kampus,handphoneku pun bergetar menandakan ada pesan yang masuk. Ku terkecoh untuk melihat ada berita apakah yang menyambutku sore itu? Ketika ku membukanya  ternyata sapaan ramah dari seseorang” hai...” ujarnya.
aku pun bertanya kembali kepadanya” iya ,ini siapa?” ku kirim pesan itu dengan sembunyi-sembunyi agar dosen yang mengajar dikelas ku saat itu tidak terganggu oleh tindakan ku tersebut. Lalu dibalasnya”ini Muhammad,aku temannya Auliana”. Dalam hati aku bergumam “ ohh ini laki-laki yang akan dikenalkan kepadaku oleh kakak yang bernama Auli Riski”.Dari sapaan itu,aku menerka hanya sebatas hai saja, ternyata sapaan itu berlanjut ke pertemanan yang membuatku nyaman.
Ketika pelajaran sore itu selesai, aku pun bergegas untuk pulang karena tampaknya hari cuaca sudah tidak bersahabat lagi. Gemuruh pun menyapaku saat berjalan menuju tempat peristirahatan. Induk hujan pun turun membawa anak-anaknya dengan alunan gemuruh bersambutan.
***
            Senja pun menutup mata dan disambut oleh gelapnya malam. Bulan tak tampak malam itu karena disambut oleh hujan yang mengguyur kota medan dan sekitarnya. Aku meringis kecil karena terbawa suasana perkenalan dengan seorang yang belum tahu bagaimana rupanya,senyumnya,dan segala tentangnya.
Pesan yang kesekian kalinya masuk dan aku langsung membukanya “ aku boleh datang malam ini? Ucap seorang laki-laki bernama Muhammad. Aku bingung, “apakah harus ku perbolehkan? Gumamku malam itu.
Tiba-tiba ada pesan yang beruntun masuk,belum sempat aku menjawab pertanyaan singkatnya mengapa ada lagi pesan yang masuk? Ujuarku dalam hati.
astagfirullahalazim, terkejut aku membaca pesan tersebut ternyata pesan dari dia yang berisikan “ aku sudah di depan kostmu”.Aku yang tidak berada dikamar saat itu semakin bingung dengan kabar itu, tiba-tiba kakak sekost dengan ku berkata” ayuk temenin kakak kebawah sebentar “ ajaknya terburu-buru. Aku yang tidak tahu ada tujuan apa dan ada apa dibawah,aku pun bergegas turun dengan rambut yang tidak sempat ku rapikan. Anak tangga terakhir ku injak dan perlahan menuju pintu gerbang kos. Terlihat dua sosok laki-laki yang belum pernah ku lihat sebelumnya.
            Aku yang gugup dan langsung menoleh kak Auli sambil mngerutkan kening yang berisyarat” siapa mereka?”. Kak auli membuka pembicaraan dalam suasana diriku yang masih terheran-heran,siapa sebenarnya mereka. “ perkenalkan ini kak Rizal dan Muhammad “ ucap kak auli. “Oh iya” ujarku terbata-bata. Kami pun duduk di kursi dan berbincang-bincang.
***
            Setelah pertemuan malam itu, komunikasi antara aku dan dia semakin lancar dan sudah merasa tidak canggung seperti pertama kenal. Hari-hari yang kulalui setelah mengenalnya seperti berbeda dengan hari sebelumnya. Hati ini merasa tidak kosong seperti biasanya.
Saat pagi menyambutku ,tidak hanya matahari tetapi juga dia. Pukul 07:00 wib pesan masuk darinya membuat ku kegirangan, dia bertanya” kamu mau ku antar ke kampus?” pertama aku berkata kepadanya “ terima kasih sudah menawarkan hal yang baik,tetapi maaf aku masih bisa berjalan sendiri dan tentunya tidak ingin merepotkan seseorang yang baru aku kenal”ujarku. Lalu pesan masuk kembali, dia memohon agar aku menerima tawaran baiknya. Dengan hati yang sedikit was-was aku menerima ajakannya.
***
            Pada pukul 12:30 aku sudah siap untuk berangkat ke kampus untuk menerima ilmu yang tidak gratis tentunya. Dengan merapikan sedikit penampilanku sembari menunggu dia untuk menjemputku. Aku pun mulai gelisah karena sudah setengah jam batang hidungnya pun tidak kelihatan. Pukul 13:15 aku memutuskan untuk pergi sendiri dengan hati yang kesal tentunya. Tiba di kampus aku terlambat mengikuti pelajaran. Keterlambatan ini membuatku tidak merasa nyaman saat belajar karena apa yang telah diucapkan oleh dosen yang mengajar saat itu tidak dapat diulang kembali. “ huhhh” ujarku.
            Sore itu juga aku mencurahkan kekesalanku kepada kak auli,aku bertanya kepadanya”ada apa dengan dia kak,apa aku ada salah dengannya sehingga aku tidak dijemputnya?”ucapku kepada kak auli. “mungkin dia lagi sakit “ ujarnya kepadaku. Aku berkata “ baiklah,aku mencoba sabar dengannya”.
***
            Malam itu dia menjelaskan semuanya secara jelas apa sebab dia tidak menjemputku siang itu,aku berusaha mengerti dan ikhlas dengan apa yang telah dia perbuat kepadaku. Untuk pertama kalinya dia telah mengingkari janji untuk orang yang baru pertama dia kenal.
Ketika aku berada di perpustakaan untuk mengerjakan tugas kelompok yang diberikan dosen dalam waktu yang bergitu sempit,membuatku kewalahan. Konsentrasiiku di buyarkan oleh pesan masuk dari dia. “ kamu mau pulang bareng sama aku?” ujarnya. Aku berkata” apakah kali ini akan kamu tepati janji yang kedua ini?”,” iya, pulang jam berapa” dia bertanya kembali. “ Aku pulang jam 18:30” ucapku kepadanya. “ baiklah,sampai nanti”ujarnya. Pesan terakhirnya menyudahi komunikasi kami sore itu.
Ketika senja pun bersembunyi,membiarkan cahaya bulan yang berganti untuk menyinari bumi, aku pun keluar dari perpustakaan untuk sholat magrib sembari menunggu pesan masuk dari dia yang berjanji akan menjemputku. Setelah aku selesai menjalankan kewajibanku,aku melihat handphone dan berharap ada pesan dari dia apakah dia menjemputku atau tidak.
terasa di peras hati ini mengapa sampai pukul 20:00 wib tidak ada tanda-tanda dia akan menjemputku. “tuhan , apakah serumit ini berusaha untuk selalu ikhlas dengan segala benturan ataupun tipu muslihat umatmu? Beri aku hadiah kesabaran yang luar biasa dari kasihmu tuhan” gumamku dalam hati.
Pukul 20:15 wib aku memutuskan untuk pulang sendiri. “Apakah aku terlalu murahan untuk percaya segala ucapan manis dari seorang lelaki? Apa
kah aku salah untuk menghargai segala usaha lelaki untuk berbuat baik kepada perempuan? Mengapa hanya dia yang selalu ku percaya,tetapi kepercayaan itu di rubuhkan tanpa melihat aku yang selalu membuat kepercayaan itu berdiri tegak.”ucapku dalam hati seraya berjalan menuju tempat peristirahatanku. Ku rebahkan tubuh ini untuk menghempaskan segala kekesalan dan letihnya hari ini.
***
            Pagi ini tampak cerah, tetapi berbeda dengan cekungnya mataku yang tampak letih. Aku tidak menerima pesan masuk darinya. Hari ku seperti ada yang hilang, aku memutuskan untuk menanyakan apa sebabnya dia tidak menepati janji kedua kalinya.
Dia menjelaskan bahwa tidak ada kabar dariku untuk di jemput, aku sempat menyanggah apa yang di jelaskannya tapi aku berusaha mengalah dan berkata” baiklah aku mengerti alasanmu”.
Aku merasakan sesuatu yang lain padanya, apa maksud dari segala tingkahnya yang membuatku kecewa,tetapi pikiran yang seperti itu ku buang jauh-jauh.
***
            Ketika malam itu datang berdampingan dengan hujan rintik-rintik, aku mengirim pesan untuknya” sudahkah makan?”. Selang beberapa menit balasan darinya pun tiba” belum,aku lagi sakit. Kamu mau menemani aku makan ?” ucapnya. Aku pun segera mengatakan kepadanya” baiklah”.
15 menit kemudian, dia pun datang untuk menjemputku. Dalam hatiku berkata” alhamdulillah tuhan, dia menepati janji yang ketiga” aku pun tersenyum di belakangnya. Kami pun bergegas menuju rumah makan pada saat rintik hujan mengguyur kota medan. Selesai makan kami memutuskan untuk langsung pulang karena aku pun melihat keadaannya tidak terlalu sehat.
            Setelah sampai di kost,aku pun menanyakan sesuatu kepadanya” gimana keadaanmu? Apakah ada tugas ? “ masih sakit, ada tugas tetapi belum aku kerjakan karena keadaanku tidak semangat untuk mengerjakan tugas” ucapnya. Aku memutuskan untuk mengerjakan tugasnya yang harus dikumpul cepat walaupun tugasnya  membuatku pusing karena lain jurusan. Tetapi tidak mengapa,karena aku ikhlas untuk membantunya.
Setika tugas selesai, langsung aku berikan kepadanya.
***
Beberapa hari kemudian ,dia mengutarakan perasaannya kepadaku dengan harapan aku akan menerimanya. Aku berkata kepadanya” kita baru kenal, apakah kamu tidak butuh waktu untuk mempertimbangkan perasaanmu terhadapku itu benar-benar sayang atau hanya obsesi belaka?” tidak,aku sayang kamu” ujarnya. Aku pun tetap menjelaskan kepadanya bahwa butuh proses untuk menyukai seseorang dan saling memahami tingkah laku satu sama lain. Akhirnya dia mengerti.
Untuk yang kedua kalinya dia menyatakan perasaannya kepada ku” apakah aku bersedia untuk menjadi perempuan spesial di sampingnya?”,” aku masih membutuhkan waktu untuk benar-benar dapat memutuskan kebenaran perasaan ini atau hanya bingkisan belaka.
***
Siang yang terik itu,aku di kampus. Aku terkejut dia mengutarakan perasaan sayangnya kembali,dan dengan perlahan aku menjawab” insyaallah kita akan dapat menjalaninya dan aku mohon kamu dapat merubah sifat yang buruk secara bertahap”.
“iya aku akan berubah” ujarnya. Dari detik itu aku merasakan hati yang tidak dapat di ucapkan bagaimana keadaan hati ini. Aku senang
.
Pada pukul 14:00 tiba-tiba ada pesan masuk bukan dari dia tetapi dari kak auli yang dulunya mempertemukan aku dengan muhammad.
ia berkata” apakah kamu masih dekat dengan laki-laki itu? “ iya”jawabku. Lalu ia bertanya kembali” apakah kamu menyukainya?” inyaallah ,kenapa?” aku kembali bertanya kepadanya. “tidak apa-apa “ jawabnya.
Pertanyaan yang secara tiba-tiba ditujukan kepadaku membuatku curiga. Setelah pelajaran di perkuliahan selesai aku bergegas untuk pulang dan menanyakan hal yang membuat perasaan ini tidak enak. Setibanya aku di kos, langsung saja aku bertanya kepada kak auli,ada apa sebenarnya dengan dia dan mengapa tiba-tiba kak auli bertanya tentang kedekatan kami berdua. Kak auli tampak binggung untuk memulai dari mana untuk membicarakan hal yang disembunyikan. Usaha ku untuk mengetahui sebabnya hanya sia-sia,aku memutuskan untuk tidak menanyakannya kembali.
***
Pagi minggu,pada pukul 10:00 wib aku pergi ke kampus untuk latihan teater. Hari ini sangat melelahkan. Perasaanku masih tetap kecewa karena dari siang kemaren handphoneku tidak bergetar tanda pesan dari dia. Akhirnya ketika latihan selesai,aku memutuskan untuk pulang. Ketika aku dalam perjalanan pulang, aku melihat lelaki dan perempuan yang tidak asing lagi wajahnya melintas. Aku sempat kaget melihat pemandangan itu. Pertarungan kata dalam hati pun terjadi” apa benar mereka berdua? Tega sekali memeras hatiku dengan cara seperti ini? Apa benar lelaki itu Muhammad dan wanita itu Auli? Ada apa dengan mereka” hati ini seakan ngilu melihat seorang kakak yang ku anggap seperti kakak kandung menjabik hatiku dari belakang dengan cara seperti itu.
Aku pun berlari pulang dan langsung terdiam dikamar,”jadi ini alasannya dia menghilang setelah mengatakan sayang kepadaku. Aku tidak habis fikir, berjam-jam aku habiskan untuk memikirkan mengapa semua ini terjadi padaku.
Aku sabar menunggu ke pulangan mereka,akhirnya kak auli pulang.  Karena tidak tahan menahan bertubi  pertanyaan dihatiku,ku putuskan untuk bertanya. Akhirnya kak auli menjelaskan semuanya. Bahwa sebelum dikenalkan dengan ku ,lelaki tersebut sudah menyatakan cintanya kepada kak auli, aku hanya dijadikan pelarian emosi dan amarah lelaki itu.
***
Spontan aku menangis,air mata ini seakan ikut demo dengan ketidakadilan tindakan mereka. Gumamku “ ya tuhan,begitu perih hati ini, seakan di peras di antara terik matahari. Irama simponi terindah pun tidak dapat membuat bibir ini tersenyum. Ku sadar,percayaku hanya untuk kekuasaanmu,jika tidak kau ridhai maka aku takan menjadi tulang rusuknya. Jadikanlah linangan air mata ini terakhir tercurah untuk lelaki sepertinya”.
ku tak habis pikir sesosok kakak yang ku anggap sebagai pelurusku saatku berbelok,penuntunku saatku buta malah sebaliknya. Biarlah kejadian ini menjadi kesepakantan mereka dengan akibatnya,aku hanya pasrah akan peta palsu yang mereka buat dengan eloknya.
Kata manis seseorang bisa berubah menjadi pahit nya empedu,belumku dapat cara mengolah empedu itu agar tidak pahit jika suatu saat akan tertelan kembali karena kebutaan yang telah dibutakan sesosok kakak. Di balik seorang kakak masih satu pintu kedustaan yang terbuka,pintu lainnya ku biarkan tertutup.

DEVI YESA


Sabtu, 08 Desember 2012

Kumpulan puisi chairil anwar

Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar Terbaik
PUISI KEHIDUPAN
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi… coba aku tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
Kuraba dahiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm… masih lebih besar duniawiku
Ya Allah
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Ya Allah….
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah…
Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…
Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana…
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…
Ya Allah,
Ijikanlah

PRAJURIT JAGA MALAM
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

AKU
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

KRAWANG-BEKASI
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

HAMPA
kepada sri
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti