Malam ini begitu basah
Tanpa terik biasa..
Aku mulai taburkan raut jenuh
Padanya..
Wahai malam..
Kejadiannya kembali sama
Kembali ingkar
Kembali batal
Bisakah jenuh itu ku cabut
Atau diamkan saja malam itu..
Mungkin ia juga bisa menangis
Kamis, 15 Februari 2018
Puisi
Sabtu, 10 Februari 2018
Cerita pendek
PENAKHLUK MATA MERAH
OLEH : DEVI YESA
Senyap bagai selimut malam hari, kadang kuduk ini berdiri tanpa pandu dan imbauan sang pemilik. Melirik pun malam itu serasa kelut ingin singgah. Adakah firasat hati yang tidak menyenangkan?
Pertanyaan itu akan terjawab dengan sendirinya mungkin setelah aku mencari tahu mengapa hati ini tidak seperti biasanya.
Tempat perebahan sementara aku adalah kos berwarna kuning itu dan aku bernama Arina. Hari-hari biasanya kos terdengar ramai pada saat malam hari,entah mengapa malam ini serasa aku hidup sendiri. Gemuruh pun menyapaku ,suara petir yang tidak segan mengejutkan diri dalam terkaan malam yang asing buatku,lalu hujan pun bak penari eksotis tak terkendali pada malam itu.
Ku lirik jam dinding dan tidak ku duga sudah pukul 12:00 wib sekarang, aku langsung bergegas untuk merapikan kertas dan buku-buku tugas lalu beranjak tidur. Setelah ku rebahkan tubuh letih ini dan sekejap memejamkan mata, terdengar suara gerbang terbuka. Rasa dalam hati ,anak kos yang terlambat pulang.
Kembali ku pejamkan mata besar agak cipitku agar terlelap dan melalui malam ini.
“kresek....kresekk ...”terdengar suara benda yang dipijak .
“mungkin suara itu hanyalah suara kucing yang berusaha mengambil sisa makanan di dalam plastik” ujarku dalam hati dengan memejamkan mata kembali.
Berulang kali aku berusaha untuk masuk ke dalam alam bawah sadarku, tetapi semua itu sia-sia. Jam sudah menunjukkan pukul 02:00 wib, aku belum bisa tertidur pulas seperti biasanya.
Kesal juga rasa dalam hati,aku memutuskan untuk meminum segelas air putih untuk menyegarkan tenggorokan yang kering akibat perasaan yang tidak enak .
“huuuuhhh, mudah-mudahan saja sehabis meminum segelas air putih ini aku dapat tertidur dan bermimpi yang indah” aku bercakap sendiri.
Langsung ku rebahkan kembali tubuh ini,akhirnya malam itu pada pukul 02:30 wib aku dapat tertidur.
***
“Kukuruyuk....” kokokan ayam berusaha untuk membangunkanku tetapi sayangnya bantal itu lebih kuat dari pada ayam tetangga sebelah. Aku benar-benar bangun pada pukul 09:00 wib.
Aku langsung bergegas untuk merapikan tempat tidur dan membersihkan kamar lalu pergi ke kampus seperti biasanya.
***
Setelah senja itu berusaha mengejekku,ia menghilang dan ditelan oleh pekatnya malam.
“kemana orang-orang dikos ini?” tanyaku dalam hati.
”oh tuhan, mudah-mudahan malam ini tidak seperti malam kemarin”.
Aku langsung masuk ke kamar,dan mengunci pintu kamar dengan teliti.
Setelah makan malam, aku mengerjakan tugas yang selalu diberikan oleh dosen pembimbing. Tugas ini lumayan menguras otak karena membutuhkan ketelitian.
Karena tugas sudah selesai dan matapun sudah berat,ku bereskan segala yang berserakan dan memutuskan untuk merebahkan tubuh yang lelah akibat berfikir seharian.
Beberapa saat kemudian aku mendengar suara pintu atas terbuka, aku langsung duduk lalu berusaha mendengarkan suara tersebut dari balik pintu kamar.
Suara tersebut semakin mendekat, aku langsung berusaha mencari sesuatu yang berat untuk jaga-jaga jika bahaya mendekat.
Aku berusaha mengintip dari cela-cela pintu kamar dan tersentak karena telah melihat sepasang mata merah melewati kamarku.
Dengan memegang batu pengganjal pintu kamarku, aku sedikit membuka pintu kamar untuk memastikan siapa sebenarnya.
“haa ! “ teriak kecilku dan berusaha membekap bibir sendiri agar suara sedikit pun tidak terdengar oleh sosok lelaki hitam dengan sarung belang-belang dibahunya.
Aku perlahan mendekatinya dan menyelaraskan langkah kaki agar tidak ketahuan bahwa akulah bahaya yang akan menerkamnya karena telah membuatku tidak nyaman sudah dua malam ini.
***
Tidak tunggu lama, langsung ku hentakkan batu pengganjal pintu kamar ke bahu lelaki itu sehingga ia rubuh tepat dibawah kakiku.
tiba-tiba langsung suaraku keluar sekeras-kerasnya “ Maliiing… Maling. Tolooong…. Maliiing…” teriakku. Lalu aku terduduk lemas ketika anak kos berkeluaran dan pemilik kos juga menghampiri asal teriakanku.
Salah seorang penghuni kos tersebut berusaha menenangkan diriku yang terduduk lemas, aku langsung berfikir mengapa aku berani dan nekat mendekat pada lelaki maling itu,kalaulah keberuntungan tidak berpihak kepadaku,mungkin aku yang sudah terbaring dihantam oleh lelaki itu.
”Arin…tenang ya,disini sudah ramai. Mengapa kamu nekat memukul maling itu hingga pingsan? Kamukan bisa membangunkan ibu kos dengan handphone atau apalah, jangan keluar sendiri!” ujar Reni yang berusaha menjelaskan padaku bahwa itu adalah tindakan yang tidak berfikir panjang dengan dampak negatif yang mungkin saja terjadi pada saat itu juga.
Aku hanya terdiam mendengarkan setiap ocehannya.
***
Setelah kejadian malam itu aku dijuluki si penakhluk mata merah, mungkin karena aku perempuan dan mempunyai keberanian yang cukup tinggi. Perlu aku akui bahwa aku juga tidak sadar mengapa malam itu aku bersikap layaknya seorang lelaki yang mempu melawan maling tersebut.
”Bukan tangan kekar,bertubuh besar dan tak terkalahkan yang membuat keberanian itu keluar, tetapi karena tekat kuat,semangat dan kepercayaan akan pemikiran yang positif yang membawa kita kearah yang lebih positif lagi. Kesempatan untuk berbuat jahat dan baik kadang bukan tabiat dari diri seseorang,tetapi karena keadaan yang memaksa seseorang tersebut tercebur dalam tabiat yang memalukan atau sebaliknya”.
DEVI YESA